*lanjut ke cerita
Tetapi perjalanan kita tak semudah yang dibayangkan tak semanis yang direncanakan, perjalanan kami hampir terhenti karena adanya berita demo supir angkot, dan tak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Kenyataan berlawanan dengan kata hati. Kami tetap bertekad untuk terus maju menuju PANTAI tujuan utama kita. Argumen kata hati lebih kuat dibandingkan dengan kenyataan yang menghalangi.
perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan ojek, dengan tarif 20ribu perorang. Karena kami berempat jadilah kami naik ojeng dengan bonceng tiga *ala alay* saat itu kami sama sekali tak memperdulikan rasa malu ketika seketika menjado alay. Yang kami inginkan hanyalah tiba di pantai tujuan utama kami.
beberapa menit berlalu dan memberikan kami keterangan bahwa pantai sudah berada di depan mata
Ini adalah kali pertama aku pergi ke pantai dan ternyata mereka lah yang mengantarku untuk tau bagaimana keindahan pantai sesungguhnya,
untuk tau bagaimana merdunya suara ombak,
untuk tau bagaimana rasa asin dari habitat ikan laut,
untuk tau bagaimana rasa perih di mata ketika terserang ombak secara tibatiba,
untuk tau bagaimana bahagianya melepaskan penat sambil merebahkan badan di dalam air dan beradu dengan ombak,
tertawa bersama karang dan sapuan ombak
menulis sebuah nama yang pernah singgah di hati
.menuliskan sebuah pesan di atas kertas untuk neptunus *ala perahu kertas*
kali ini aku bahagia karena semua yang pernah aku impikan menjadi kenyataan . Karena merekaa, mereka yang pertama kali membawa ku ke pantai. Ini adalah bentuk perpisahan pertemanan selama PKL, sebuah pelarian bersama yang kami curi di tengah hari masuk PKL. Dengan alasan izin.. maaf kaka pembimbing kami bukan berbohong, kami memang benar izin, tetapi izin kami karena kami ada acara bersamasama.
setelah puas menenggelamkan diri dalam asinnya genangan air, kami bergegas untuk pulang. Perjalanan kami menuju ke rumah hampir sama dengan perjalanan kami ketika menuju ke pantai. Yang membedakan hanyalah waktu, dan prosesnya berjalan terbalik.
terimakasih karena telah menggoreskan cerita dalam buku kehidupan ku. Ini akan ku kenang sebagai salah satu hal yang paling membahagiakan. Terimakasih mba eno, teh meri, mba lina ♡ jika tanpa kalian, mungkin aku belum merasakan betapa bahagianya menginjakan kaki di atas serpihan pasir yang mengelilingi bentangan air asin yang begitu luas . *Selesai*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar